Total Tayangan Halaman

Rabu, 17 Desember 2014

Perkembangan Sains dari Zaman ke Zaman

A. Telaah Filsafat Sains yang Lebih Dominan
Filsafat sains adalah bidang sains yang mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari sains, yang termasuk di dalamnya antara lain adalah sains alam dan sains sosial. Di sini, filsafat sains sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Dilihat dari perkembangannya mulai zaman Yunani, zaman abad pertengahan, zaman Renaisans, dan zaman modern, sains telah mengalami banyak perkembangan dan perubahan. Hal ini bertujuan agar kita dapat memahami arti dan makna filsafat sains dari pemikiran yang resesif hingga pemikiran-pemikiran yang dominan dalam perkembangannya.
1. Perkembangan Sains Zaman Yunani (600 SM – 322 SM)
Pada zaman yunani kuno terdapat 3 masa perkembangan yaitu masa awal, masa kaum sofis serta masa keemasan. Pada masa awal ini, filsafat hanya membahas tentang alam dan kejadian alamiah terutama dalam hubungannya dalam perubahan-perubahan yang terjadi. Namun mereka yakin bahwa perubahan-perubahan ini terdapat suatu unsur yang menentukan, tapi mereka punya perbedaan pendapat tentang perbedaan unsur-unsur tersebut. Pada zaman ini, filsuf yang paling mendominasi adalah Phytagoras. Pemikiran Phytaghoras berbeda dengan filosof pada masanya kecuali Anaximandros dalam memahami unsur tersebut. Menurutnya unsur tersebut tidak dapat ditentukan dengan pengenalan indrawi, melainkan dapat diterangkan dengan perbandingan dasar antar bilangan, karena Phytaghoras terkenal sebagai pengembang ilmu pasti dengan dalil terkenalnya yaitu “dalil Phytaghoras”.
2. Perkembangan Sains Zaman Abad Pertengahan (6 M-14 M)
Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Ages). Zaman ini ditandai dengan tampilnya pada Theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka lakukan harus berdasar atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah terkait erat dengan aktivitas keagamaan. Pada abad ini, filsuf yang mendominasi adalah Augustinus. Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseoran yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia berada (eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominan hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolistik.
3. Perkembangan Sains Zaman Renaisans (Abad 17 M)
                Ciri utama renaisans adalah individualisme, humanisme, lepas dari agama. Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan pengetahuan yang berkembang pada sains waktu itu, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkannya agama karena semangat humanisme. Fenomena tersebut cukup tampak pada abad modern.
Kebudayaan Yunani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek utama. Filsafat Yunani, misalnya menampilkan manusia sebagai makhluk yang berpikir terus-menerus memahami lingkungan alamnya dan juga menentukan prinsip-prinsip bagi tindakannya sendiri demi mencapai kebahagiaan hidup. Tokoh yang paling mendominasi pada jaman ini adalah Johannes Keppler. Pada tahun 1609, Keppler menerbitkan buku New Astronomy (Astronmi Baru), yang diakui sebagai buku astronomi modern yang pertama dan salah satu buku terpenting yang pernah ditulis tentang subjek itu. Mahakarya ini memuat dua hukum Kepler yang pertama tentang gerakan planet. Hukumnya yang ketiga diterbitkan dalam buku Harmonies of the World (Keharmonisan Dunia) pada tahun 1619, sewaktu ia tinggal di Linz, Austria. Tiga hukum ini mendefinisikan dasar-dasar gerakan planet: bentuk orbit planet yang mengitari matahari, kecepatan gerakan planet, dan hubungan antara jarak sebuah planet dari matahari dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu putaran.
Bagaimana reaksi para astronom rekan-rekan Keppler? Mereka tidak memahami betapa pentingnya hukum Keppler itu. Bahkan ada yang sama sekali tidak percaya. Mungkin mereka tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan. Keppler telah menyelubungi karyanya dengan suatu prosa Latin yang sulit dipahami laksana lapisan awan tebal yang menyelubungi Venus yang nyaris tak tertembus. Tetapi, seraya waktu berlalu, hukum-hukum Keppler akhirnya diakui. Kira-kira 70 tahun kemudian, Isaac Newton menggunakan karya Keppler sebagai dasar untuk hukumnya tentang gerakan dan gravitasi. Dewasa ini, Keppler diakui sebagai salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa—tokoh yang turut menyeret astronomi keluar dari Abad Pertengahan ke zaman modern.
4. Perkembangan Sains Zaman Sains Modern (Abad 17 M-Sekarang)
Proses penemuan pengetahuan pada zaman Sains Modern adalah kombinasi antara pemikiran empiris dan rasionalis yang terikat oleh hubungan logis yang kemudian dari kedua itu berkembang menjadi metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan cara memeroleh pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis.
Dari tinjauan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan filsafat sains yang lebih dominan adalah pada zaman modern. Pada zaman ini, lahirlah aliran rasionalisme, empirisme, dan idealisme. Aliran rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memeroleh dan menguji pengetahuan. Yang kedua adalah empirisme. Untuk memahami inti filsafat empirisme perlu memahami dulu dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori makna dan teori tentang pengetahuan. Teori makna pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep, dan aliran yang ketiga adalah aliran Kriticsme. Pendirian aliran Rasionalisme dan Empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasiolah sumber pengenalan atau pengetahuan, sedang Empirisme sebaliknya berpendirian bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber tersebut.
Aliran ini mencoba untuk memadukan perbedaan pendapat kedua aliran tersebut dengan tokohnya adalah Immanuel Kant (1724-1804). Ia mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini.  Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh.  Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita.  Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia.

B. Proses / Metode Dalam Penemuan Pengetahuan
Akal merupakan hal yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Dengan akal manusia dapat berpikir segala apa yang dilihatnya dan diserapnya. Proses berpikir ini pada akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Ilmu muncul dari adanya pengetahuan, namun tidak setiap pengtahuan itu berbuah ilmu. Menurut Abbas H.M. (1980: 13), pengetahuan terbagi menjadi tiga jenis:
·         Pengetahuan prailmiah atau pengetahuan biasa (ordinary knowledge); yaitu suatu pengetahuan yang muncul karena kegiatan akal sehat manusia dalam menanggapi apa yang ada dihadapan kesadarannya.
·         Pengetahuan ilmiah atau ilmu (scientific knowledge); yaitu lebih sempurna dari pengetahuan biasa karena mempunyai syarat-syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yakni dengan metode ilmiah.
·         Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge); yaittu pengetahuan yang isinya hal-hal yang bersifat dasariah, hakiki dari objek yang dipikirkan.

Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Pembeda anatara ilmu dan pengetahuan biasa adalah metode. Sedangkan pembeda antara ilmu atau pengetahuan biasa dengan filsafat, selain metode, juga dilihat dari sifat pokok kajian atau isinya.
Dari keempat zaman tersebut, masing-masing memiliki metode tersendiri dalam penemuan pengetahuan.
1. Perkembangan Sains Zaman Yunani (600 SM – 322 SM)
Pada tahap awal kelahirannya, filsafat  menampakkan diri sebagai suatu bentuk mitologi, serta dongeng-dongeng yang dipercayai oleh Bangsa Yunani, baru sesudah Thales (624-548 S.M) mengemukakan pertanyaan aneh pada waktu itu, filsafat berubah menjadi suatu bentuk pemikiran rasional (logos).  
Pada zaman ini filsafat sains ditemukan dari unsur ketidaksengajaan berdasarkan keingintahuan yang menciptakan pengetahuan tetapi tidak melalui metode ilmiah atau tanpa penelitian apapun. Akhirnya, pengetahuan tersebut dikembangkan lagi oleh filsuf-filsuf yang hidup pada zaman tersebut.
Contoh : Dikemukakannya teori Hilemorfisme (Hyle = Materi, Morphe = bentuk) oleh Aristoteles. Menurut teori ini,  setiap benda jasmani memiliki dua hal  yaitu bentuk dan materi, sebagai contoh, sebuah patung pasti memiliki dua hal yaitu materi atau bahan baku patung misalnya kayu atau batu, dan bentuk misalnya bentuk kuda atau bentuk manusia, keduanya tidak mungkin lepas satu sama lain, contoh tersebut hanyalah untuk memudahkan pemahaman, sebab dalam pandangan Aristoteles materi dan bentuk itu merupakan prinsip-prinsip metafisika untuk memperkukuh dimungkinkannya Ilmu pengetahuan atas dasar bentuk dalam setiap benda konkrit. Teori hilemorfisme juga menjadi dasar bagi pandangannya tentang manusia, manusia terdiri dari materi dan bentuk, bentuk adalah jiwa, dan karena bentuk tidak pernah lepas dari materi, maka konsekwensinya adalah bahwa apabila manusia mati, jiwanya (bentuk) juga akan hancur.
Adapun salah satu bentuk pengetahuan pada zaman ini adalah teori Aristoteles. Aristoteles adalah seorang filosuf yang berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu system; yaitu logika, matematika, fisika dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme. Pada dasarnya silogisme terdiri dari tiga premis: yakni premis mayor, premis minor dan konklusi.
-          Semua manusia akan mati       (premis mayor)
-          Aristoteles seorang manusia    (premis minor)
-          Aristoteles akan mati                  (konklusi)
Logika Aristoteles ini juga disebut dengan logika deduktif yang mengukur valid atau tidaknya sebuah pemikiran. Dalam bidang fisika, Aristoteles membagi gerak pada dua macam, yaitu gerak aksidental dan gerak substansial.
Aristoteles yang pertama kali membagi filsafat pada dua hal yang teoritis dan praktis. Yang teoritis mencakup logika, metafisika dan fisika. Sedangkan yang praktis mencakup etika, ekonomi dan politik. Pembagian ilmu inilah yang menjadi pedoman juga bagi klasifikasi ilmu dikemudian hari. Aristoteles dianggap sebagai bapak ilmu karena dia mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis.
2. Perkembangan Sains Zaman Abad Pertengahan (6 M-14 M)
                Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif  itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali.
Secara garis besar filsafat abad pertengahan ini dapat dibagi menjadi dua periode yaitu: periode Scholastik Islam dan periode Scholastik Kristen.
1.      Scholastik Islam
Para Scholastic Islamlah yang pertama mengenalkan filsafatnya Aristoteles diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat Aristoteles.
Para ahli fikir Islam (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Rusyd dll.Mereka itulah yang memberi sumbagan sangat besar bagi para filosof eropa yang menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah benar.Namun dalam kenyataannya bangsa eropa tidak mengakui atas peranan ahli fikir Islam yang mengantarkam kemoderenan bangsa barat.
2.      Scholastik Kristen
Pada masa ini kekuasaan agama masih begitu berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di kawasan Eropa. Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas hanya dari kaum agamis yang berada di gereja saja, karena mereka yang diluar gereja terlalu disibukkan dengan urusan melayani orang lain, daripada memikirkan hal- hal yang tidak mengenyangkan seperti filsafat.
Pada masa ini perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat buruk. Karena pihak gereja membatasi dan melarang para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tidak berkembang.
                Pada abad pertengahan, muncul para pakar-pakar cendikiawan muslim seperti Ibnu Sina yang terkenal dengan bukunya Qanun Fi Attib (the Canon), yang disebut-sebut sebagai inspirator utama kebangkitan ilmu pengetahuan barat dalam ilmu kedokteran. Kemudian, Islam juga mengenal Penemu Gaya Gravitasi Al-Biruni, Bapak Sosiologi Politik Ibnu Khaldun, Jabir ibnu Hayyan sebagai penemu Ilmu Kimia, Ibnu Majid penemu Kompas dan Navigator. Al-Khawarizmi (bapak aljabar dan geografi), Abu Al-Zahrawi (bapak bedah, penemu hemofilia), Ibnu Haitham (penemu teknik fotografi, optik dan energi solar), Ibnu Rusyd (perintis ilmu jaringan tubuh), Ibnu Nafis (penemu peredaran darah paru-paru), dan lain-lain.
3. Perkembangan Sains Zaman Renaisans (Abad 17 M)
Penemuan ilmu pengetahuan dan sains pada zaman Renaisans  ditemukan dengan berbagai metode, yaitu :
a.        Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus ;
b.       Pengumpulan data yang dilakukan terus menerus secara sistematis ;
c.        Analisis data;
d.       Penyusunan model-model atau teori-teori;
e.       Percobaan – percobaan.
Adapun beberapa ilmuwan yang berperan dalam penemuan pengetahuan pada masa ini adalah :
a.       Roger Bacon
Beliau berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan.
b.      Copernicus
Beliau mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparchus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).

c.       Johannes Keppler
Beliau menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyelidikan Tycho Brahe sebelumnya, yaitu:
1)      Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
2)      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
3)      Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P2 : Q2 = X3 : Y3.
d.      Galileo Galilei
Beliau membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa penting dalam bidang Astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Mercurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.

4. Perkembangan Sains Zaman Sains Modern (Abad 17 M-Sekarang)
                Adanya kolaborasi antara rasionalisme dan empirisme yang dapat menghasilkan pemikiran berdasarkan metode ilmiah. Aliran rasionalisme menyatakan bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio, hanya pengetahuan yang diperoleh akalah yang memenuhi syarat untuk dijadikan sumber pengetahuan. Pengalaman inderawi selalu diragukan, selalu berubah dan tidak pasti. Sedangkan empirisme menyatakan bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber ilmu pengetahuan baik pengalaman batiniah maupun lahiriah. Akal hanyalah mengolah bahan-bahan pengalaman yang diperoleh inderawi. Karena tidak ada satupun ada dalam pemikiran yang tidak terlebih dahulu terdapat pada data-data inderawi. Contohnya, kita tidak akan mengetahui bahwa api itu panas jika kita sendiri belum mencoba dan membuktikannya bahwa api itu panas. Oleh akal lalu disimpilkan bahwa api itu panas. Lalu munculah pengetahuan baru berdasarkan pengalaman. Metode yang digunakan adalah induktif.
                Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah di rintis sejak zaman Renaissance. Tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern adalah Rene Descartes. Rene Descartes juga sebagai ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah system koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X Dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori grafitasi. Charles Darwin dengan  teorinya struggle for live (Perjuangan untuk hidup). J.J Thompson dengan temuannya electron. Berikut penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut.
1.      Rene Descartes
Dia juga dikenal sebagai Renatus Cartesius. Ia adalah seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641). Descartes, kadang dipanggil “Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”. Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir. Hasil pemikirannya berupa konsep “Aku berpikir maka aku ada (I think, therefore I am). Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.
2.      Isaac Newton
Berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuannya dalam tiga bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan Calculus, Dan Optika. Ketiga bidang tersebut dapat di uraikan secara singkat adalah sebagai berikut.
a.       Teori gravitasi adalah perbincangan lanjutan mengenai soal pergerakan yang telah di rintis oleh Galileo Dan Kepper. Galileo mempelajari pergerakan dengan lintasan lurus. Kepper mempelajari pergerakan lintasan tertutup atau elips. Berdasarkan perhitungan yang di ajukan oleh keppler menunjukkan bahwa tentu ada factor penyebab mengapa planet tidak mengikuti pergerakan dengan lintasan lurus. Dugaan sementara penyebab ditimbulkan oleh matahari yang menarik bumi atau antara matahari dengan bumi ada gaya saling tarik  menarik. Persoalan itu menjadi obsesi Newton, namun ia menghadapi berbagai kesukaran. Perhitungan besarnya bumi Dan matahari belum di ketahui, Dan Newton belum mengetahui bahwa pengaruh benda pada benda yang lain dapat dipandang Dan dihitung dari pusat titik berat benda-benda tadi. Setelah kedua hal ini di ketahui oleh Newton, barulah ia  dapat menyusun teori Gravitasi. Teori gravitasi menerapkan bahwa planet tidak bergerak lurus, namun mengikuti lintasan elips, karena adanya pengaruh gravitasi, yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda berdekatan. Teori Gravitasi ini dapat menerangkan dasar dari semua lintasan planet Dan bulan, pengaruh pasang surutnya air samudera, Dan peristiwa astronomi lainnya. Teori Gravitasi Newton ini di pergunakan oleh para ahli berikutnya untuk pembuktian laboratorium Dan penemuan planet baru di alam semesta.
b.      Perhitungan Calculus, yaitu hubungan antara X Dan Y. kalau X bertambah, maka Y akan bertambah pula, tetapi menurut ketentuan yang tetap atau teratur. Misalnya ada benda bergerak, panjangnya jarak yang di tempuh tergantung dari kecepatan tiap detik Dan panjangnya waktu pergerakan. Cara perhitungan Calculus ini banyak manfaatnya untuk menghitung berbagai hubungan antara dua atau lebih hal yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur.
c.       Optika atau mengenai cahaya jika cahaya matahari di lewatkan sebuah prisma, maka cahaya asli yang kelihatannya homogeny menjadi terbias antara merah sampai ungu, menjadi pelangi. Kemudian kalau pelangi itu di lewatkan sebuah prisma lainnya yang terbalik, maka pelangi terkumpul kembali menjadi cahaya homogen. Dengan demikian dapat di buktikan bahwa cahaya itu sesungguhnya terdiri atas komponen yang terbentang antara merah Dan ungu.
3.       Charles Darwin
Dikenal sebagai penganut teori evolusi yang fanatik. Darwin menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di bumi terjadi karena seleksi alam. Teori yang terkenal ada struggle for life (perjuangan untuk hidup). Darwin berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup berlaku pada setiap kumpulan makhluk hidup yang sejenis, karena meskipun sejenis namun tetap menampilkan kelainan-kelainan kecil. Makhlu hidup yang berkelainan kecil itu berbeda-beda daya menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama, sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan diri akan tersisihkan karena kalah tersaing. Oleh karena itu yang dapat bertahan adalah yang paling unggul (Survival of the fittest.



C. Hal-Hal yang Diperdebatkan
                Berdasarkan perkembangan filsafat sains dari zaman yunani hingga zaman modern, terdapat banyak perbedaan pendapat atar filsuf-filsuf dalam mengemukakan pendapatnya. Perbedaan inilah yang akhirnya menjadi perdebatan dalam mengungkapkan ilmu pengetahuan. Adapun perdebatan yang terjadi antar tokoh dari masing-masing zaman adalah sebagai berikut : 
1. Perdebatan Sains Zaman Yunani (600 SM – 322 SM)
Yunani adalah tempat kelahiran ilmu filsafat, di sana banyak sekali tokoh filosof alias filsuf yang pemikirannya masih tetap diakui bahkan hingga saat ini. Berikut ini adalah beberapa pendapat tokoh filosof yang sangat terkenal dari Yunani.
a) Thales (625-545 SM)
Dengan jala berfikir Thales, ia mendapat keputusan tentang soal besar yang senantiasa mengikat perhatian; apa asal alam itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada?
Berdasarkan pengalamannya sehari-hari dijadikanlah pikirannya untuk menyusun bangun alam. Sebagai orang pesisir ia dapat melihat bahwa air laut menjadi sumber hidup. Thales pula kemegahan air laut yang menjadikan ia takjub. Demikianlah laut meyebarkan bibit seluruh dunia yang menjadi dasar penghidupan. Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air.
b) Anaximandros (640-547 SM)
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhuitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan tidak ada persamaannya dengan apapun.
c) Anaximenes (585-494 SM)
Menurut Anaximenes prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah udara. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses “pemadatan dan pengeceran”, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.
d) Pythagoras (580-500 SM)
                Pemikiran Phytaghoras berbeda dengan filosof pada masanya kecuali Anaximandros dalam memahami unsur tersebut. Menurutnya unsur tersebut tidak dapat ditentukan dengan pengenalan indrawi, melainkan dapat diterangkan dengan perbandingan dasar antar bilangan, karena Phytaghoras terkenal sebagai pengembang ilmu pasti dengan dalil terkenalnya yaitu “dalil Phyitaghoras”.
e) Heraklitosn (540-480 SM)
Ia memandang bahwa api sebagai analisis yang asal pandangannya semata-mata tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos. Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan berganti-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir. Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan.
2. Perdebatan Sains Zaman Abad Pertengahan (6 M-14 M)
Adapun tokoh-tokoh masa pratistik pada abad ini yang saling berbeda pendapat mengenai filsafat adalah sebagai berikut :
a) Justinus Martir
Ia berpendapat bahwa filsafat yang digabung dengan ide-ide keagamaan akan menguntungkan. Esensi dari pengetahuan ialah pemahaman tentang Tuhan. Semakin banyak kita memikirkan kesempurnaan Tuhan, semakin bertambah kemampuan intelek kita. Supremasi kristus tercapai karena ia telah mencapai kebenaran yang utuh.
b) Klemens
Pokok-pokok pikirannya sebagai berikut:
 Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani.
 Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen denan menggunakan filsafat Yunani.
 Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen dan memikrkan secara mendalam.
c) Tertullianus
Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatNya.
d) Augustinus
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pemikiran manusian dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia dapat berhubungan denga sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augutinus berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Pratistik itu sebagai pelopor pemikiran Skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akar dari Skolastik dapat mendominasi hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode dari pada suatu system sehingga ajaran-ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.
3. Perdebatan Sains Zaman Renaisans (Abad 17 M)
·         Perdebatan Copernicus dengan  Hipparchus
Copernicus mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparchus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).

4. Perdebatan Sains Zaman Sains Modern (Abad 17 M-Sekarang)
·         Pertentangan Teori Darwin
Dalam perkembangannya teori evolusi Darwin mendapat tentangan (terutama dari golongan agama, dan yang menganut paham teori penciptaan – Universal Creation), dukungan dan pengkayaan-pengkayaan. Jadi, teori sendiri juga berevolusi sehingga teori evolusi biologis yang sekarang kita kenal dengan label “Neo Darwinian” dan “Modern Sintesis”, bukanlah murni seperti yang diusulkan oleh Darwin. Darwin mengajukan 2 teori pokok yaitu spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup sebelumnya, dan evolusi terjadi melalui seleksi alam. Perkembangan tentang teori evolusi sangat menarik untuk diikuti. Darwin berpendapat bahwa berdasarkan pola evolusi bersifat gradual, berdasarkan arah adaptasinya bersifat divergen dan berdasarkan hasilnya sendiri selalu dimulai terbentuknya varian baru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar