Total Tayangan Halaman

Kamis, 18 Desember 2014

Miskonsepsi yang Sering kita jumpai pada Sains

Menganalisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa nampaknya harus
dimulai dengan melihat bagaimana sebenarnya kedudukan miskonsepsi itu
sendiri dalam konsep dan pemahaman konsep. Konsep merupakan integrasi
mental atas dua unit atau lebih aspek realitas (entitas, sifat, kegiatan, kualitas,
hubungan, dan sebagainya) yang diisolasikan menurut ciri khas dan disatukan
dengan definisi yang khas (Rand, 2003). Kegiatan pengisolasian yang terlibat
merupakan proses abstraksi, yaitu fokus mental selektif yang menghilangkan
atau memisahkan aspek tertentu realitas dari yang lainnya. Proses penyatuan
yang terlibat bukan semata-mata merupakan penjumlahan, melainkan integrasi,
yaitu pemaduan unit menjadi entitas mental yang baru.
Nakhleh (1992) mendefinisikan konsep sebagai suatu set proposisi yang
berfungsi untuk arti suatu topik khusus. Konsep tersusun atas pernyataan
deklaratif (proposisi) sederhana yang saling berkaitan yang menggambarkan
bangunan pengetahuan yang dimiliki siswa tentang suatu konsep. Misalnya,
konsep inti atom tersusun atas proposisi-proposisi: setiap atom memiliki inti, di
dalam inti terdapat proton dan neutron, massa atom terpusat di inti, dan
sebagainya.
Pada umumnya, konsep memiliki lima elemen, yaitu (1) nama adalah
istilah yang diberikan kepada suatu kategori (kumpulan pengalaman, objek,
konfigurasi, atau proses); (2) contoh (positif dan negatif) yang menunjuk pada
contoh konsep; (3) atribut (esensial dan nonesensial) adalah karakteristik umum
untuk menempatkan contoh-contoh dalam kategori yang sama; (4) nilai artibut
adalah standar karakteristik pada objek dan fenomena; dan (5) aturan adalah
definisi atau pernyataan khusus tentang atribut esensial suatu konsep (Bruner
dalam Joyce & Weill, 1980). Arends (2001) mengemukakan bahwa konsep
memiliki (1) definisi dan label untuk membantu memahami dan
mengomunikasikan konsep, dan (2) atribut untuk menjelaskan dan membantu
dalam mendefinisikan konsep. Atribut terdiri dari critical attributes (atribut yang
harus ada) dan noncritical attributes (atribut yang tidak harus ada).
Pemahaman merupakan kemampuan berpikir untuk mengetahui tentang
sesuatu hal serta dapat melihatnya dari beberapa segi. Kemampuan berpikir
tersebut meliputi kemampuan untuk membedakan, menjelaskan, memperkirakan,
menafsirkan, memberikan contoh, menghubungkan, dan mendemonstrasikan.
Pemahaman yang bersifat dinamis akan mendorong siswa untuk berpikir kreatif
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapai. Oleh karena itu, berdasarkan
beberapa pendapat dan penjelasan di atas, pemahaman suatu konsep berarti
menguasai elemen pokok konsep, yaitu definisi, ciri-ciri, dan aplikasi.

Kimia merupakan cabang ilmu yang paling penting dan dianggap
sebagai pelajaran yang sulit untuk peserta didik oleh guru kimia, peneliti, dan
pendidik pada umumnya. Meskipun alasannya bervariasi dari sifat konsepkonsep
kimia yang abstrak hingga kesulitan penggunaan bahasa kimia, namun
ada alasan utama kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik, pertama topik
dalam kimia sangat abstrak dan kedua kata-kata yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari memiliki arti berbeda dalam kimia. Miskonsepsi peserta
didik ini sangat penting, identifikasi pemahaman dan miskonsepsi peserta didik
menjadi masalah utama dalam pengembangan di tahun-tahun terakrih ini.
Beberapa konsep yang telah banyak diteliti adalah unsur, senyawa dan
campuran; reaksi kimia; ikatan kimia; termokimia dan elektrokimia; atom dan
molekul; konsep mol; kelarutan dan larutan; penguapan dan kondensasi; dan
sifat-sifat materi. Hal-hal lain yang dapat menyebabkan timbulnya miskonsepsi
adalah: a) pemisahan ilmu fisik dalam mental mereka (compartmentalization),
kimia dan fisika dianggap sebagai ilmu yang terpisah yang tidak saling terkait
sehingga mereka menggunakan istilah yang berbeda untuk menjelaskan
fenomena yang sama, b) tidak tersedianya pengetahuan yang tepat, c)
penggunaan bahasa sehari-hari yang salah dalam kimia, d) penggunaan definisi
dan model ganda, dan e) penggunaan hafalan (Ozmen, 2004; Sanger &
Greenbowe, 1997).
Asal munculnya miskonsepsi dapat berbeda tergantung dari sifat
konsep dan bagaimana konsep itu diajarkan. Sumber miskonsepsi berdasarkan
bagaimana konsep diajarkan adalah: a) generalisasi dasar analogi, b) bagaimana
pengetahuan disajikan dalam buku teks, c) pelatihan guru, d) pemahaman konsep
yang komplikatif dan tergantung pada konsep dan situasi. Jenis-jenis
miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik berdasarkan bagaimana miskonsepsi
itu diperoleh (sumber) sebagai berikut:

Jenis-jenis Miskonsepsi
1. Kepercayaan beku
Konsepsi popular yang berasal dari pengalaman
sehari-hari.
Contoh: kentang dapat megurangi kadar garam
dalam larutan
2. Kepercayaan non-ilmiah
Termasuk di dalamnya adalah pandangan yang
keliru yang dipelajari siswa dari sumber non ilmiah,
misalnya mitos dan sebagainya.
Contoh: gas tidak memiliki massa
3. Salah paham konseptual
Berkembang saat siswa diberi informasi ilmiah yang
tidak memberi tantangan pada paradoks dari
kepercayaan beku dan kepercayaan non ilmiah.
Contoh: larutan adalah campuran zat dengan air
4. Miskonsepsi vernacular (dialek)
Muncul dari penggunaan kata atau istilah yang
berbeda pada kehidupan sehari-hari dan ilmiah.
contoh: Air berwarna putih atau air berwarna bening.
5. Miskonsepsi faktual
Kesalahan konsep yang terjadi dari sejak kecil dan
tidak berubah atau tertantang hingga dewasa.
Contoh: zat kimia itu berbahaya

sumber: http://kimia-zone.blogspot.com/2012/04/konsep-pemahaman-konsep-dan-miskonsepsi.html

1 komentar:

  1. miskonsepsi kalau tidak diluruskan bisa jadi dosa turunan bagi para pendidik ya? hemm, nice post!

    BalasHapus